Rasa ingin berbagi dan belajar menjadi inspirasi untuk memulai kehidupan dengan cinta dan kasih sayang. Sehingga dengan demikian tercapailah tujuan hidup manusia. Goresan pena merupakan awal untuk mencapai keindahan walaupun coretan tersebut hanyalah kumpulan goresan dari seorang anak manusia yang sangat fakir akan ilmu! Namun demikian, semoga goresan ini bermamfaat bagi penulis sendiri serta menjadi inspirasi untuk semua.

Selasa, 18 Februari 2014

Membangun Pendidikan Aceh Berbasis Islam


Oleh: Restu Andrian 
Pendidikan merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan, melalui pendidikan seseorang mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang kelak dengan pengetahuannya tersebut dapat mengarahkan suatu bangsa menuju kepada tujuannya, sebagaimana salah satu tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia. Undang-Undang Sisdiknas mengartikan pendidikan sebagai  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan tidak saja berjalan secara formal namun juga dapat berjalan secara nonformal maupun informal. Namun pada dasarnya segala sesuatu yang bertujuan dengan pengembangan diri adalah pendidikan.
Aceh sebagai daerah otonomi yang diberi suatu keistimewaan menjalankan suatu sistem berbasis syariah dalam pemerintahan yang secara defacto diakui dan disahkan oleh Negara, sehingga menjadi modal dan langkah awal yang baik bagi daerah yang penduduknya 90% menganut agama Islam untuk menuju dan mencapai tujuan yang sejalan dengan agama Islam baik dalam bidang pendidikan, budaya, adat, serta membangun peradaban berbasis Islam. Dalam proses menuju dan membangun peradaban yang modern dan sejalan dengan nilai-nilai keislaman dan tidak berbenturan dengan perundang-undangan yang berlaku maka perlu berbagai tinjauan sehingga mencapai tujuan yang diinginkan, dan untuk mencapai tujuan tersebut maka langkah awal menuju peradaban tersebut adalah melalui pendidikan yang berbasis Islam dengan mengedepankan norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Mengembangkan pendidikan berbasis Islam merupakan langkah bijak untuk mengembangkan peradaban dan pembangunan Aceh kedepan mengingat besarnya penduduk yang beragama Islam dan julukan daerah yang dikenal dengan serambi mekah, mengembangkan pendidikan berbasis Islam tidaklah semudah yang dibayangkan tentu dalam membangun sistem pendidikan yang berbasis Islam haruslah disusun mekanisme dimana tidak berbenturan dengan undang-undang yang berlaku dan tidak membuat peserta didik terkejut dengan perubahan yang terjadi, sehingga sistem pendidikan yang dibangun dan dikembangkan dapat diterima oleh semua kalangan.
Pendidikan yang berbasis Islam ataupun syariah tidak saja diartikan secara mikro dan dianggap selalu bertolak belakang dengan pendidikan yang sedang berjalan sekarang ini dalam lingkup formal. Namun pendidikan berbasis syariah ini sangat fleksibel dan sesuai dengan nilai-nilai kemasyarakatan dan tidak menjadi kewajiban untuk menjadi suatu sistem dalam proses pendidikan formal yang integral dalam suatu bentuk kurikulum, namun tidak kontradiktif dengan tujuan pendidikan nasional serta sistem pendidikan nasional yang bersifat formal dan kurikulum pendidikan Indonesia secara umum.
Keluarga dan masyarakat merupakan komponen pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan, karena komponen pendidikan sendiri berasal dari keluarga dan masyarakat tersebut. Tanpa bantuan dan kerjasama antara dua komponen tersebut dan dukungan dari pemerintah maka akan sangat sulit untuk menciptakan suasana pendidikan dan tujuan pendidikan yang diinginkan, bila antara komponen masyarakat tidak terjalin hubungan yang baik dalam mengembangkan pendidikan maka pemerintah dalam hal ini lembaga pendidikan formal akan mendapat beban yang sangat berat dalam mengembangkan pendidikan nasional dan dengan demikian pendidikan berbasis syariah maupun Islam pun akan sangat susah dikembangkan.
Kepedulian terhadap perkembangan dunia dan kepedulian memuliakan sesama manusia dapat menjadi landasan untuk menjalin kerjasama antara keluarga, masyarakat, serta dukungan dari pemerintah dalam mengembangkan pendidikan, sebagaimana Al-Quran surat Al-Mujadilah ayat 11 telah menjelaskan bahwa manusia yang mulia adalah manusia yang memiliki ilmu pengetahuan.
Membangun dan mengembangkan lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai lingkungan bernuansa pendidikan adalah langkah yang harus ditempuh untuk mempermudah mencapai tujuan pendidikan nasional dan mengembangkan pendidikan Aceh yang berbasis Islam/Syariah.
Dalam mewujutkan dan mengembangkan pendidikan yang berbasis syariah tersebut langkah pertama yang harus ditempuh untuk menciptakan lingkungan dalam suasana pendidikan adalah dengan cara mengembangkan pendidikan dalam masyarakat kapan pun dan dimana pun yang berbasis kepedulian dan kasih sayang dengan bebas biaya atau gratis. Pendidikan dalam masyarakat tidak saja terbatas pada pendidikan umum ataupun pendidikan agama saja dan tidak terbatas pada nilai-nilai kognitif saja akan tetapi juga merangkul sifat afektif dan psikomotor pula, namun harus secara komprehensif dengan menggunakan dan memberdayakan semua pihak terutama para mahasiswa yang ingin mengembangkan kemampuan mengajarnya dan mahasiswa yang ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman sehingga membuka luwang untuk kawulan muda berkreasi. Sebagai contoh, ketika seorang anak berbuat salah dan ada orang tua yang melihatnya maka hendaknya orang tua tersebut memberi arahan kepada anak tersebut, dan menyeru agar tidak mengulanginya. Sederhana memang tapi bila dijalankan maka akan membawa dampak yang besar, setidaknya tawuran antar pelajar dan kelakuan anak yang tidak wajar setidaknya dapat dicegah dan tidak terjadi. Atau dalam lingkup yang lebih luas masyarakat bersama para pemuda peduli pendidikan membentuk suatu kelompok atau komunitas pecinta pendidikan yang berfungsi sebagai tempat berbagi (sharing) tentang masalah-masalah pendidikan berupa pekerjaan rumah dan lain sebagainya yang dapat diselesaikan secara bersama.
Kedua dengan cara mengaktifkan kembali tempat-tempat terjadinya proses pendidikan, sebagaimana yang diketahui dalam masyarakat Aceh terdapat meunasah yang digunakan oleh masyarakat untuk berkumpul baik untuk musyawarah maupun untuk proses pendidikan. Dalam masyarakat Aceh meunasah digunakan selain sebagai tempat beribadah meunasah juga digunakan sebagai tempat pengajian dan belajar ilmu agama dan umum bagi semua kelompok dan kalangan. Namun belakangan meunasah hanya digunakan sebagai tempah beribadah saja. Sehingga mengembalikan fungsi tersebut merupakan langkah yang sangat baik dalam mengembangkan pendidikan dan membangun peradaban.
Ketiga mengaktifkan kembali balai-balai pengajian yang sempat terhenti akibat konflik atau dalam masyarakat Aceh dikenal dengan rangkang, dimana rangkang berfungsi sebagai tempat belajar ilmu agama Islam anak-anak dari masyarakat yang proses pembelajaran biasanya dilaksanakan pada malam hari yang dibimbing oleh seorang/beberapa orang guru. Pada sebagian daerah proses pendidikan/pembelajaran ini terjadi di rumah-rumah guru yang membimbing tersebut. Belakangan pemerintah Aceh Besar melalui Bupati Aceh Besar Mukhlis Basyah yang dikutip oleh Serambi Indonesia edisi kamis 8 November 2012 telah melaunching Beut Ba’da Magrib sebagai bentuk kepedulian menghidupkan kembali khazanah Aceh dalam semebeut mengaji yang mulai memudar.
Keempat adalah dengan membangun lembaga atau suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya dan belajarnya para anak-anak atau masyarakat secara umum, tempat berkumpulnya siswa Taman Kanak-Kanak (TK) sampai para mahasiswa yang sedang menjalani proses pendidikan maupun yang telah menjalani proses pendidikan serta para tokoh masyarakat, dimana ditempat tersebut para anak-anak, remaja, dan para orang tua saling berbaur dan berdiskusi serta saling bertukar pendapat maupun saling mengajar dan belajar antara satu dengan yang lainnya dalam suasana yang tidak formal, namun harus seefektif mungkin. Dan dalam pengelolaan nya dapat dikelola oleh para remaja atau pemuda yang berdomisili si desa tersebut yang diawasi serta dibimbing oleh petua-petua desa dan perangkat desa setempat. Sehingga para pemuda tidak saja mengajar dan belajar secara teoritis namun mereka dapat mengajar dan belajar sejara praktis. Namun demikian harus di garis bawahi keempat langkah tersebut harus menjadi tempat dan sesuatu yang disenangi oleh siapa saja, dan proses pendidikan yang di jalani harus di konsep dengan metode ramah anak dan lingkungan yang bersifat demokrasi, sehingga dengan keempat langkah yang ditawarkan tersebut tidak membuat anak terbeban dan tertekan dalam suasana belajar yang tiada habisnya dan membosankan, belajar sambil bermain merupakan salah satu langkah dan metode yang amat baik digunakan dalam proses pendidikan yang bersifat absrak ini.
Dengan tumbuh dan berkembangnya keempat lembaga pendidikan tersebut, seseorang akan merasakan proses pendidikan dimana saja dan dengan siapa saja, sehingga proses pendidikan tidak saja dibebankan kepada lembaga pendidikan formal yang berupa sekolah, namun beban yang ada di sekolah menjadi lebih ringan karena masyarakat dan keluarga saling membantu dalam mengembangkan pendidikan dalam rangka membangun masyarakat yang madani.
Dengan mengaktifkan dan mengembangkan keempat tempat maupun sistem pendidikan tersebut diharapkan semua generasi muda Aceh selalu berada dalam suasana pendidikan, walaupun suasana pendidikan yang dilalui tidak bersifat formal dan proses tersebut tidak disadari, namun harus membawa dan menanamkan sifat positif pada semua orang, sehingga proses yang dilalui tersebut menjadikan dan menumbuhkan suatu konsep atau karakter dalam berfikir dan hidup seseorang, karena karakter tersebut tumbuh seiring berjalannya waktu dengan berbagai rangsangan baik buruk maupun baik, sehingga bila rangsangan yang diberi buruk maka akan buruk, sebaliknya bila rangsangan yang diterima baik maka akan tumbuh dalam benak seseorang suatu karakter yang baik pula.
Tumbuh dan berkembangnya suatu karakter pada jati diri masyarakat Aceh dengan sendirinya mempermudah dan membuka akses untuk mengembangkan peradaban bangsa Aceh itu sendiri, karena dengan sempurnanya ilmu pengetahuan masyarakat Aceh terutama pengetahuan mengenai Islam maka akan mempermudah masyarakat Aceh dalam membangun Aceh sesuai dengan karakteristik bangsa Aceh dan syariat Islam dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga pembangunan Aceh melalui syariat Islam menjadi nilai jual yang tinggi dan menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan pendidikan dan agama serta membangun bangsa dalam modernitas tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya dan agama di dalam nya.
Dengan melekatnya jati diri dan karakter masyarakat Aceh sebagai jati diri dan karakter Islamiah maka pembangunan dan perkembangan Aceh tentu akan menuju dan kearah pembangunan dan perkembangan yang bercorak Islam pula, dengan tidak membuang nilai-nilai khasanah Aceh dan Indonesia secara Umum, sehingga kedepan pembangunan dan perkembangan Aceh lebih tanpak dan mempunyai khas dalam dunianya baik itu berupa bangunan, seni, arsitektur, pendidikan, maupun sistem pemerintahan yang dijalankan.
Banyak contoh Negara dan daerah yang membangun peradaban melalui pendidikan, Spayol tempo dulu yang dalam dunia Islam lebih dikenal dengan Andalusia salah satu Negara yang berhasil membangun peradaban melalui pendidikan, selain itu Baghdad juga menjadi saksi kemajuan peradaban Islam yang tumbuh dan berkembang melalui pendidikan yang menghasilkan berbagai pengetahuan yang dapat menumbuh kembangkan serta memajukan peradaban suatu bangsa dan Islam secara umum.
Maka mengembangkan lingkungan yang bernuansa Islami dan bernilaikan pendidikan merupakan langkah awal dari pengembangan pendidikan, dimana dari pendidikan tersebut dapat menghasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dengan ilmu pengetahuan tersebut dapat membangun peradaban dan kebudayaan tanpa menghilangkan nilai-nilai khazanah Aceh dan Islam serta tidak bertolak belakang dengan perkembangan modernitas sebagaimana peradaban-peradaban masa lalu yang pernah tergoreskan dalam sejarah Islam. Dan awal untuk membangun peradaban berawal dari hati dan kepedulian.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

saya masih belajar mohon maaf bila bnyak salah dan kekurangan.

Blogger Themes

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Blogger Tricks

BTemplates.com